Friday, June 6, 2014

Resume SIP Kelompok 2 The City Of Bandung and Reviem Spatial

pentingnya penggunaan Sistem Informasi Perencanaan yaitu GIS dalam Jurnal The City Of Bandung And Review Spatial Planning adalah :

1.Digunakan untuk mengetahui potensi Sumber Daya yang dimiliki oleh wilayah perencanaan

2.Digunakan untuk mengetahui kendala fisik suatu wilayah perencanaan

3.Digunakan untuk menunjukkan arah perkembangan dari suatu wilayah perencanaan

4.dll



PETA RENCANA PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA BANDUNG





Kotamadya Bandung menyadari banyak strategi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dalam Rencana Strategis Kota Bandung dan Master Plan 2013. Salah satu strategi adalah untuk mengembangkan rencana konservasi alam dan sejarah. Namun, adanya masalah hukum, sosial, ekonomi serta teknis saat ini, banyak dari strategi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya.
Mencermati kondisi sekarang dari Kota Bandung , Master Plan 2013 telah gagal untuk menyadari masalah-masalah sosial dan teknis hukum. Kepemilikan tanah swasta besar dan ruang terbatas di kota telah melarang Master Plan untuk dilaksanakan. Beberapa isu-isu sosial seperti perumahan yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah tidak diusulkan untuk diselesaikan meskipun strategi hidup kepadatan tinggi sudah dipertimbangkan. Sementara daerah untuk masyarakat bekerja dan permukiman kumuh juga tidak jelas terungkap dalam rencana.
Selain itu, kawasan konservasi alam di Utara Bandung tidak dapat dilaksanakan karena masalah hukum dengan pemilik tanah dan Pemerintah Pusat. Karena meningkatnya nilai tanah dan pengendalian pembangunan yang kurang ketat di daerah tersebut.
Sebagai kesimpulan, dengan kondisi seperti ini, Kota Bandung telah mencoba melakukan upaya terbaik dalam menentukan strategi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Sayangnya sangat sulit untuk menerapkannya karena penerimaan publik yang rendah, pengendalian pembangunan kurang ketat serta keterbatasan hukum dan keuangan

Wednesday, June 4, 2014

Resume Kelompok 3 Forest Fire Monitoring (Pengendalian Kebakaran Hutan di Provinsi Riau)

Penyebab dan luas Kebakaran Hutan di Provinsi Riau:

Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Provinsi Riau/BBKSDA tentang perkiraan luas kerbakaran mulai tanggal 8 – 14 Februari 2014 di Provinsi Riau seluas 3.709 ha.
Gambar: Kebakaran Hutan dan Asap Tebal
Penyebaran Titik Api (Hotspot) di Provinsi Riau:

Gambar :Peta Sebaran Titik Api (hot spot) Tanggal 8-14 februari dan lahan gambut di provinsi Riau
Sumber :Hasil Overlay titik api dengan peta lahan gambut (wetland international – Indonesia Program)
Kerugian dan Dampak dari Kebakaran Hutan Di Provinsi Riau:
1. Kerugian Ekonomi dimana Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menginformasikan bahwa kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau mencapai Rp10 triliun
2.    Dengan terbakarnya hutan, satwa liar akan kehilangan rumah tempat mereka hidup dan mencari makan. Sehingga akan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem
3.  Kebakaran hutan di Indonesia akan membuat bangsa kita kehilangan bahan baku industri yang akan berpengaruh pada perekonomian
4.    Asap dari Kebakaran hutan yang akan membuat masyarakat terganggu dan terserang penyakit yang berhubungan dengan pernapasan
Penanggulangan Kebakaran Hutan di Provinsi Riau:
1.    Mapping : Pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya masing-masing. Fungsi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun yang biasa digunakan adalah 3 cara berikut:
  Pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu
maupun hasil prediksi
  Pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa (Partisipatory Rural Appraisal)
  Pemetaan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau citra satelit
2.    Sistem Informasi: penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.
Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning system) di setiap tingkat. Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan 2 cara berikut :
  Analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah
  Pengolahan data hasil pengintaian petugas
  1. Standardisasi : pembuatan dan penggunaan SOP (Standard Operating Procedure)
    Untuk memudahkan tercapainya pelaksanaan program pencegahan kebakaran hutan maupun efektivitas dalam penanganan kebakaran hutan, diperlukan standar yang baku dalam berbagai hal berikut :
  Metode pelaporan
Untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan data yang masuk, khususnya  data yang berkaitan dengan kebakaran hutan.
  Peralatan
Peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa diterapkan oleh pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali sehubungan dengan potensi terjadinya kebakaran hutan
  Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan
Standardisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan kebakaran yang efisien dan efektif dalam mencegah maupun menangani kebakaran hutan yang terjadi.
  1. Supervisi : pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan hutan. pemantauan berkaitan langsung dengan penyediaan data,kemudian pengawasan merupakan respon dari hasil olah data tersebut. Pemantauan, menurut kementerian lingkungan hidup, dibagi menjadi dua, yaitu :
  Pemantauan terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang diamati.
Pemantauan tertutup (intelejen) :
Pemantauan yang dilakukan dengan cara penyelidikan yang hanya diketahui oleh aparat tertentu.
Pemantauan pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan, dan keterangan dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup
  Pemantauan aktif
Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan menghimpun data di lapangan secara primer. Contohnya : melakukan survei ke daerah-daerah rawan kebakaran hutan. Sedangkan, pengawasan dapat dilihat melalui 2 pendekatan, yaitu :
Preventif : kegiatan pengawasan untuk pencegahan sebelum terjadinya perusakan lingkungan (pembakaran hutan).
Represif : kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk menanggulangi perusakan yang sedang terjadi atau telah terjadi serta akibat-akibatnya sesudah terjadinya kerusakan lingkungan
Kesimpulan:
Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Riau ataupun di tempat lain di Indonesia bersumber pada kebijakan pengelolaan hutan, lemahnya peraturan perundangan dan penegakan aturan yang ada, dan mekanisme sistem/kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap kebakaran hutan dan lahan.
 Api tidak bisa sepenuhnya dihilangkan dari ekosistem hutan, beberapa tipe vegetasi hutan merupakan klimaks api. Pengurangan resiko kebakaran hutan dapat ditempuh dengan mempertimbanglkan kearifan lokal dari masyarakat tradisional Rimbawan telah menggunakan api dalam praktek kehutanan yang dikenal dengan istilah manajemen api dalam bentuk Swalling dan Prescribe Burning.

Sunday, June 1, 2014

TUGAS SIP KELAS RESUME PRESENTASI KELOMPOK 1



WATER RESOURCES MANAGEMENT (Rao VV & Raju VV)
Peran satelit penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya air adalah sebagai berikut :
a.    Menyediakan cara untuk mengamati dan mengukur tanah dan variabel hidrologi atas ruang geografis dan mendukung deskripsi duniawi
b.    Penginderaan jauh juga berperan untuk menangkap radiasi elektromagnetik dari fitur permukaan bumi yang baik dipantulkan atau dipancarkan agar mengetahui bagaimana variabel hidrologi tersebut berjalan.
Fungsi GIS pada sektor sumber daya air adalah sebagai berikut :
a.    Penilaian sumber daya air
b.    Pengelolaan sumber daya air
c.    Pengembangan sumber daya air
d.    Manajemen daerah aliran sungai
e.    Dukungan bencana banjir
f.     Dampak lingkungan dan manajemen
g.    Informasi sumber daya air dan sistem pendukung keputusan
Data keruangan yang digunakan dalam menganalisis sumber daya air ini adalah sebagai berikut :
a.    Peta curah hujan
b.    Peta penggunaan lahan
c.    Peta topografi
d.    Peta jenis tanah
e.    Peta hidrologi
f.     Peta sosial ekonomi dan infrastruktur
g.    Peta lingkungan dan ekologi
Dalam jurnal ini studi kasus yang diangkat adalah sumber daya air yang ada di negara India. Adapun isu dan masalah sumber daya air yang ada di negara India ini adalah sebagai berikut :
1.    Sumber daya air yang ada di India secara kuantitatif besar namun terdapat perbedaan yang signifikan dalam distribusi dan pemanfaatannya.
2.    Pemanfaatan sumber daya air di India sebagaian besar didominasi oleh sektor pertanian
3.    Terjadinya sedimentasi waduk
4.    Tidak efisiensinya pemanfaatan potensi irigasi
5.    Terjadinya kekeringan
6.    Terjadi ekspoitasi secara berlebihan dan penipisan sumber daya air tanah
7.    Terjadinya penurunan kualitas air dan lingkungan
8.    Adanya keterbatasan sumber daya air
Dengan adanya isu dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, Pemerintahan India mengadakan program satelit teknik penginderaan jauh. Program ini diterapkan untuk menghasilkan informasi pada status genangan air dan salinitas/alkalinitas periode tahun-tahun tertentu yang beroperasi di daerah yang dipilih terkait dengan cara dan pengelolaan sumber daya air tersebut. Salah satu keluaran dari program ini adalah adanya pemetaan dan pemantauan salinitas dengan air genangan di India yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Adapun konsep sistem pengelolaan sumber daya air, hasil pemetaan dan pemantauan penginderaan jarak jauh dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Pemetaan dapat dilakukan untuk pemetaan pertanian dalam hal memonitoring dan melakukan pemantauan irigasi pertanian untuk tanaman padi, non padi dan padi musiman. Selain pada sektor pertanian, pemetaan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi Danau Glacial yang berfungsi untuk mengetahui letak lokasi danau glasial dan lokasi rawan longsor salju.

Urban Heat Island Bandung City

1. Pertaman-tama klik Add data lalu pilih file citra Bandung, Jawa Barat seperti dibawah ini :

22.  Langkah selanjutnya yaitu  pilih ArcTool Box, pilih Spatial Analyst Tools lalu Math, seperti gambar dibawah ini :


33.  Lalu pilih ArcTool Box, pilih Spatial Analyst Tools lalu Math kemudian Trigonometric lalu Times, maka akan keluar form seperti di bawah ini :



4.   Selanjutnya masukan Layer Citra pada Input raster value 1




55.  Lalu langkah selanjutnya yaitu pilih pada file MTL yang selanjutnya sudah dihitungi, cari Radiance Minimum Band 10, seperti dibawah ini :



66. Lalu hitungan tersebut masukan dalam Input raster value 2 :



77. Ketik nama file pada kolom file dengan menyertai .tif dibelakang nama file as.tif:



88. Setelah itu, lalu pada ArcToolBox pilih Math lalu Trigonometric lalu Plus :





99.  Maka akan muncul form seperti sebelumnya, beri nama berbeda as2.tif



      10. Lalu ArcToolBox pilih Math lalu Trigonometric lalu Divide, masukan Layer Citra pada Input raster value 1 dan pada Input raster value 2 dengan as2.tif :




111.  Lalu akan muncul gambar seperti dibawah ini :




112.   Lalu masih pada ArcToolBox pilih Math lalu Trigonometric pilih Plus lagi :




113.   Selanjtnya pada ArcToolBox pilih Math lalu Trigonometric lalu Ln :



114.   Masih pada ArcToolBox pilih Math lalu Trigonometric lalu ke Divide



115.   Lalu ke file MTL lagi, lalu pilih (K1 Constan Band 10=774,89)



116.   Selanjutnya pada ArcToolBox pilih Math lalu Trigonometric lalu ke Minus



117.   Lalu rubah warna pada layer (layer: R7), dengan cara klik pada kolom warna yang tersedia lalu pilih. Maka gambar akan seperti dibawah ini :